Misteri suara gemuruh yang terjadi di empat kecamatan, Watulimo, Munjungan, Kampak, dan Panggul Trenggalek kini mulai terungkap. Ini setelah muncul pernyataan dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung - SURONO - pada Mayangkara mengatakan, suara gemuruh yang terjadi di trenggalek merupakan pergerakan tanah lambat, dan bukan gempa tektonik. Pernyataan ini sekaligus mementahkan hasil penelitian Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes. Surono juga memastikan, data PVMBG menyebutkan, kejadian di Kabupaten Trenggalek pernah terjadi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan Bandung Utara, Jawa Barat. Kejadian itu biasanya akan selalu terjadi saat musim penghujan, dan akan berhenti saat kemarau tiba. Munculnya efek suara gemuruh atau dentuman merupakan dampak dari gesekan antara tanah dengan kelembaban tinggi karena air hujan, dengan lapisan dalam yang kedap air. Gesekan dan gerakannya sangat lambat dan disebut pergerakan tanah lambat. Yang perlu diwaspadai dan paling mungkin dari fenomena alam itu, munculnya tanah retak. Sementara longsor kemungkinannya kecil. Hasil perbandingan secara ilmiah ini semoga saja menentramkan kondisi psykologis masuarakat di bumi menak sopal, sehingga roda ekonomi kembali menggeliat tanpa di bayangi rasa was - was dan keresahan. Langkah Bupati Trenggalek membuat media komparasi atau perbandingan ilimiah sangat tepat dan patut diapresiasi, karena bagaimanapun juga, keselamatan Rakyat trenggalek harus menjadi yang utama dan pertama. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati ? Sumber : Mayangkara FM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar